Senin, 25 Mei 2009

FACEBOOK HARAM : (!!!) ATAU (???)



Saya sangat terkejut dengan pemberitaan media maya akhir-akhir ini yang mengatakan bahwa ada wacana untuk mengharamkan Facebook. Anda tidak salah baca, situs jejaring sosial yang anda gunakan untuk membaca tulisan saya ini direncanakan bersertifikasi haram. Fatwa yang kabarnya ingin dikeluarkan oleh ulama di Jawa Timur ini sungguh mencuri perhatian saya. Tanpa saya sadari tab pada Mozzila di laptop saya seluruhnya tertuju pada berita terkait padahal rencana awal saya akan mencari bahan kuliah Ekonometrika 2.

Kembali pada pokok pembicaraan. Sebagai orang awam, saya berdecak melihat fenomena di Indonesia. Sepertinya “HARAM” sedang naik pamor. Setelah rokok dan Golongan Putih, kini situs jejaring sosial yang sedang popular ini “ikut-ikutan” diharamkan. Mungkin anda juga merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rasakan. Saya tidak pernah terfikir bahwa eksistensi media maya (dalam hal ini Facebook) yang notabene bukanlah situs porno atau sejenisnya akan menuai argumen mengarah pada pemberian fatwa haram. Menurut harian Sumatera Ekspres, berdasar hasil Bhatsul Masail XI Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri se-Jawa Timur yang dilakukan di Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadi-Aat Lirboyo, Kediri, 20-21 Mei lalu, hukum Facebook dinyatakan Haram.

Mari kita kaji lebih lanjut mengenai Facebook. Konten yang anda tampilkan pada akun anda pada dasarnya memiliki Terms and Condition yang menyatakan bahwa segala post yang anda berikan tidak boleh mengandung unsur SARA juga pornografi. Setahu saya, bahkan untuk Profile Picture yang anda sematkan sangat tidak dperbolehkan menampilakan foto yang mempertontonkan aurat anda. Dan saya pun yakin, pengelola Facebook tidak ”sebodoh” orang Indonesia. Mereka memiliki certain filter yang akan menutup akun anda jika ditengarai mengandung unsur-unsur yang basicly dilarang untuk ditampilkan. Kalau anda bijak, situs jejaring sosial yang anda miliki sebenarnya memiliki fungsi yang lebih dari apa yang anda ketahui. Ini bukan masalah eksistensi anda di dunia maya, melainkan bagaimana anda dapat bertukar pendapat, berbagi kabar terkini, membentuk komunitas, bahkan belajar. Bukankah ini termasuk dalam ”silahturahmi”?. Layak kah sebuah media silaturahmi diharamkan.. Menurut data internal yang saya kutip dari Palo Alto, California yang merupakan lembaga independen pusat operasional Facebook menyebutkan bahwa penduduk Indonesia yang tergabung dalam situs ini adalah sebanyak 813.000 orang dari 250 juta penduduknya yang 90% beragama Islam. Bisa dibayangkan bahwa kurang dari atau sama dengan 813.000 orang saat ini bisa bersilahturahmi melalui Facebook. Angka ini tentunya masih dapat bertambah. Lagipula, Facebook bukanlah situs jejaring sosial satu-satunya. Saya pribadi, akun Facebook hanyalah migrasi dari Friendster dan MySpace yang sudah lebih dulu saya miliki. Kemana MUI selama ini?

Saya sempat membaca peryataan-pernyataan dari beberapa pihak mengenai wacana ini. Ketua MUI Kalimatantan Selatan mengatakan bahwa keberadaan Facebook bisa haram bisa tidak. Pendapat pribadi ini sudah cukup bijaksana menurut saya. Pendapat ini pula lah yang membawa Ketua MUI tersebut tidak berani mengeluarkan fatwa haram mengenai Facebook. Para ulama di Jawa Timur mengatakan bahwa menjamurnya Facebook dirasa akan memberikan dampak negatif bagi umat Muslim di Indonesia dan dapat digunakan untuk transaksi seks terlarang. Lagi, seorang anggota MUI bernama Amidhan mengatakan bahwa Facebook membuka peluang pembicaraan mengenai pornografi dan meningkatnya tingkat perselingkuhan di Indonesia yang tidak sesuai dengan ajaran budaya Timur.

Kita sebagai kaum berilmu hendaknya punya pandangan yang edukatif dalam segala hal. Perspektif mengenai Facebook sebaiknya dilihat dari sisi manfaat dan mudaratnya. Bukan berarti kita mengesampingkan touch of religion dalam hal ini. Bahkan kalau kita mengkaitkan dengan unsur agama, keberadaan situs jejaring sosial yang pada dasarnya bermanfaat untuk mencegah terputusnya tali silahturahmi seharusnya menjadi power untuk kemashalatan kita sebagai umat beragama. Saya lebih mengapresiasi pihak-pihak yang berpandangan positif dan sama sekali tidak menjustifikasi negatif akan keberadaan situs jejaring sosial ini. Saya mengambil contoh beberapa ulama-ulama NU termasuk Gus Dur. Paus di Vatikan juga menggunakan Facebook sebagai media dakwah.
Sebagai makhluk yang hidup di dunia dengan endless technology harusnya keberadaan facebook dirasakan sebagai suatu bentuk pertolongan.

Di masa kini, media tradisional dan surat kabar sudah semakin tergerus sehingga media elektronik berbasis maya menjadi media yang berpotensi positif dalam menjaring komunitas dan juga hal-hal positif lainnya. Kita pun sebagai Facebook user sebaiknya bijak dalam menggunakannya antara lain dengan mengontrol penggunaannya. Jangan sampai situs jejaring yang kita senangi ini dimasukkan dalam kategori khalwah. Kalaupun fatwa akan dikeluarkan bagi media-media berbasis internet, hendaknya seleksi dilakukan dengan lebih baik. Masih banyak situs-situs yang jelas-jelas mengandung unsur pornografi. Media selingkuh dan pornografi juga bukan hanya melalui situs internet. Saya akan setuju Facebook diharamkan jika pada perkembangannya penggunaan media ini didominasi oleh propaganda, media umbar aurat, perbuatan yang tidak sesuai akidah dan juga fitnah. Sayang, belum ada fatwa haram bagi orang yang memfitnah. Termasuk memfitnah Facebook.

Comment(s) via Facebook.com



Aringga Khacoex's at 4:47pm May 25
iya ada tuh beritanya..
parah bgt..

Haga Ade Wiguna at 4:55pm May 25
Everyone is tagged!!! Feel free to write you comment here:)

Andrean Malta at 5:08pm May 25
facebook haram karena ada damai..bisa menjadi media gosip.

Radhyaksa Ardaya at 5:49pm May 25
mui, menurutku telah membuat banyak orang membenci islam

Aringga Khacoex's at 5:57pm May 25
klo dipikir2 n dihubung2in.. semua hal didunia ini bisa membawa ke dosa.. kenapa g diharamkan semua ja..
cukup ketawa ja ah..huahahahaha..

Ardilla Latifasari at 7:16pm May 25
mui aja yg diharamin

Haga Ade Wiguna at 9:56pm May 25
@ caca
Sebaiknya ketidaksetujuan akan peletakan fatwa haram thdp sesuatu tdk serta merta menjadikan seseorang membenci agama yg menjadi dasarnya. Seandainya benar ada org2 yg menjadi benci dgn Islam akibat MUI, smg kita bukan diantaranya. Menurut hemat saya, Tuhan menciptakan manusia dgn akal dan kadar dosa seseorang tdk bs diukur oleh org lain ataupun "produk" justifikasi karya manusia... Membenci agama krn tindakan manusia sm skali bukan pilihan:)

Haga Ade Wiguna at 10:11pm May 25
@mas aringga
Sepakat. Dosa it bs dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, melalui media apa saja. Bhkn oleh "pembesar" agama sekalipun. Maka seharusnya kita menjauhi dosa, bkn menjadi paranoid yg berlebihan dgn dosa. Cukuplah yg dilarang it hal2 yg tdk sesuai dgn ajaran agama. Selingkuh lewat media handphone misalnya, biarlah selingkuh yg haram, bukan medianya. Krn pd dasarny, media tsb tdk diciptakan sbg media untk selingkuh. Mnrt saya, tentu sgt aneh jika seandainya handphone diharamkan. Lalu apa bedanya dgn Facebook...

Dipto Adhyakso at 1:16am May 26
Lagi, seorang anggota MUI bernama Amidhan mengatakan bahwa Facebook membuka peluang pembicaraan mengenai pornografi dan meningkatnya tingkat perselingkuhan di Indonesia yang tidak sesuai dengan ajaran budaya Timur.

hahahaahaaha...
ngakak bacanya...
pasti gak makan bangku sekolah deh ni orang...
Makanya Sekolah mas...
Tuh sekarang ada program BOS..
Sana gih daftar..

Kalo gitu alasannya mah, sekalian aja kartu pos ama HP diharamin. TV, telegram juga jangan lupa..

Tremendous sekali memang cara berpikir anda..

Franky Ronald Panjaitan at 12:12pm May 26
sekalian aj haramkan pisau dapur...soalnya selain berfungsi bwt keperluan memasak, bisa juga buat bunuh orang...ntar lg semua benda yg ada diharamkan jg...hahaha...semuanya tergantung niat & pemakaiannya kan...

Haga Ade Wiguna at 1:43pm May 26
@ mas dipto
Hehe.
Skrg ini byk agama agak dialihfungsikan sepertinya mas. Jadi basis politik lah, untk mendapatkan simpatisan lah, sampai menjadi alat untuk doktrin.
Contohnya haramnya Facebook ini. Mgkn pencetusnya menginginkan umatnya ikt merasa haram akan Facebook. Nyatanya justru kbnykan dr mereka menolak krn pemberian fatwa haram sungguh tdk beralasan (instead of alasan yang dangkal)... Bukan berarti yg menolak fatwa ini murtad jg kan...

@franky
Kalau mau ekstrim, manusia aja yg diharamkan... Gak ada manusia, gak ada yg berdosa...hmff...

Raras Cynanthia at 6:41am May 27
yah,kayaknya mui isinya org2 golongan sosial menengah bawah yg notabene kualitas education n knowledge nya rendah. Dasar mereka berpikir lahannya sangat sempit karena kurangnya asupan ilmu. Sebenarnya yg perlu kita lakukan hanyalah mengasihani kualitas diri mereka yang rendah karena segala keterbatasan berpikir yang mereka miliki.toh suara mereka tidak berarti apa apa bagi dunia global kok. toh kita semua tahu mereka kurang bisa logika. Atau bagaimana kalo kt sama2 menunggu supaya menggoreng telur dadar itu diharamkan? terdengar menarik

Haga Ade Wiguna at 8:19am May 28
@ ayas
padahal banyak ya yang nyata2 haram tapi belom diharamkan... poligami atau poliandri yang berdasarkan nafsu (yang kebanyakan terjadi) itu yang seharusnya diharamkan. Di indonesia sendiri malah isi kitab suci yang terkait poligami dijadikan legitimasi perselingkuhan malah. kan namanya salah tafsir kitab suci. Dosaan mana daripada berfacebook...

Dian Paramita at 9:13am May 28
Mayoritas orang Indonesia bodoh.
Mayoritas orang Indonesia menganut Islam.
Jadi Islam terlihat bodoh karena orang bodoh.

Cuma di Indonesia aja kan Islam terlihat seegois ini? Di negara lain Islam sama baiknya dengan agama lain...

Kalo Facebook diharamkan, berarti sekalian saja tidak usah keluar rumah atau memegang atau berbuat apa-apa. Karena semua bisa saja disebut haram.

Orang Islam seperti ini malah justru membuat seolah2 kaum Islam itu bodoh dan ga bisa menahan syahwatnya sehingga perlu dibatas-batasi dengan ekstrim.

Haga Ade Wiguna at 9:21am May 28
@ mimit
aku juga menanggapi pemberitaan ini dengan memposisikan diriku sebagai orang muslim...dan ini memang gak make sense... seandainya Paus juga membuat beginian, aku orang pertama yang mengolok2 keputusannya...

bener mit..pembatasan2 seperti ini justru membuat umat Islam yang cerdas seakan-akan sama dengan mereka yang harus dibatas-batasin dulu...
kapan terbentuknya learning society kalo kayak gini...

Dian Paramita at 9:23am May 28
Yah kadang agama mayoritas dalam sebuah negara berkembang itu jadi seperti ini Ga. Jadi egois tapi tindakannya ga berpendidikan. Well nasibnya Islam deh. Hehe.

Haga Ade Wiguna at 9:26am May 28
Bukan nasibnya Islam mit... nasibnya mereka yang gak cerdas tapi membawa-bawa nama Islam...

Reina Hakim Hironima at 9:38am May 28
dear haga.. mungkin bagi aku spesifikasi haramnya bukan dari segi seks,, atau segalanya,,,
mengingat Kotbah nya Romo Martin..Romo mengatakan bahwa dengan Facebook angka perceraian di Luar negeri meningkat tajam karena suami/istri bertemu mantan pacar/kekasih dulu..inilah awal dari munculnya perselingkuhan... yah seperti lagunya Gigi-My Facebook..
mungkin bgi aku pandangan mengenai haramnya disitu,, adanya facebook telah merusak kehidupan rumah tangga suami istri,,,

Haga Ade Wiguna at 9:43am May 28
@ reina
kalo gitu salah orangnya atau facebooknya?
kuncinya cuma satu, "self-control"...

Reina Hakim Hironima at 9:45am May 28
memang iya sich,, balik apda diri mereka sendiri,, dan disini iman di pertanyakan.. klo imannya kuat dan ingat istri dan anak-anak mungkin perselingkuhan itu tidak terjadi ga...

Raras Cynanthia at 10:31am May 28
Menanggapi reina :) @ dengan alasan tersebut juga bukan alasan logis untuk pengklasifikasian facebook sebagai haram kan. masak hp juga dibilang bisa ada haramnya krn ada layanan phonesex yg dibuat oleh seseorang yg hanya digunakan segelintir kecil pihak.

Lalitya Arum at 3:09pm May 28
haha setuju banget.
bisa ga ya kita buka forum kaya' gini tp mereka dr MUI juga bs baca?
gue sbg muslim sedih. orang2 non muslim di barat sana udh banyak yg berpandangan negatif ke islam, dengan begini kan pandangan negatif itu bertambah, ga cm dr barat aja tp juga dr indonesia, bahkan bs2 dr orang islam itu sendiri. *sigh*
kenapa ya MUI itu sempit banget mikirnya?

Chandra Chancutz at 9:55pm May 28
Negative thinking...
Semuanya tuh ya tergantung pemanfaatannya aj tho...
Ga usah facebook, paman 'Google' juga bisa aja digunakan untuk tujuan yg dianggap "haram", misal buat search hal-hal dengan kata kunci yg berbau porno (ex. "cewek bugil")-sorry-, langsung kebuka deh tu situs2 bokep... (boleh dicoba kalo ga percaya :D
Terus Google diharamkan gt???
Ono-ono wae...

T2 bilang: "Please deeeeh, jangan Lebaaay..."

Reina Hakim Hironima at 4:02am May 29
berarti semua situs dari internet itu tergantung pemakaian nya bagi pribadi masing-masing itu yang perlu di "self kontrol" yah???

menanggapi candra: iya, gw setuju banget,, kan cuma tinggal ketik nama artisnya,, udah keluar tuh gambar-gambar yang syur,,,

@ haga: lo mesti bayar kita-kita yang udah ngasih koment di Note lo.. pembicara aja dibayar, kita juga dunk...eheheheh




Sabtu, 23 Mei 2009

Mahasiswa & Karyawan Mr. Burger


Kuliah saya hari ini sudah selesai sejak jam 13.30 WIB dan mungkin ini saatnya pulang bagi saya. Bukan mungkin, tapi harus karena langit sudah sangat gelap sewaktu saya keluar dari ruang perpustakaan FEB UGM. Saya sedikit jengkel jika dalam perjalanan pulang dari kampus terdapat bonus air hujan dari langit. Oleh sebab itu saya memutuskan untuk segera pulang. Lagipula jam tangan saya menunjukkan pukul 15.26 WIB dan perpustakaan akan tutup tepat pukul 16.00 WIB. Apalah guna sisa waktu 34 menit bagi saya yang tidak sepenuhnya berkonsentrasi pada bahan bacaan saya. Di perjalanan pulang saya dari kampus, rintik-rintik air sudah terasa menyentuh tangan saya. Beberapa juga hinggap di kaca penutup helm saya. Saya juga sudah bisa menebak kalau 100 meter lagi saya harus berteduh karena gerimis mungkin akan berubah menjadi hujan deras. Benar saja, saya sudah berdiri di depan minimarket “INDOMARET” di Jalan Kaliurang Km.5.5 Yogyakarta saat hujan sudah sangat deras.

Lima belas menit pertama, kaki saya masih sanggup menopang berat badan ditambah tas yang terisi penuh ditambah helm besar di kepala saya. Tetapi hujan semakin deras dan sepertinya “berdiri” bukan opsi terpilih dari pertanyaan “Apa yang saya lakukan disaat saya menunggu hujan berhenti?”.Tepat di sebelah saya terdapat sebuah kursi plastik merah milik sebuah (mungkin namanya gerai atau gerobak atau apalah) fastfood berlogo Mr.Burger yang beroperasi di depan mimimarket tersebut. Saya meminta izin kepada karyawan pria Mr.Burger untuk menggunakan kursi itu. Izin diterima.
“Kuliah, Mas?”, karyawan itu bertanya. “Iya.”, jawab saya. “Sudah ada planning?”, tanya karyawan itu lagi. Saya agak kaget dengan kata “planning” yang diucapkan karyawan tersebut. Tidak bermaksud menerendahkan, namun bagi saya kata itu terdengar intelek untuk diucapkan oleh seorang karyawan sebuah gerai kecil makanan cepat saji. Mungkin saya saja yang terlalu berlebihan. Menjawab pertanyaan mengenai planning tadi, saya mengatakan kalau saya sudah punya beberapa gambaran dan semoga saja semuanya terwujud. Sebelumnya saya tidak berfikir bahwa ini menjadi suatu conversation sampai saya mendengar karyawan tersebut berkata, “Saya tidak pernah membayangkan saya akan berakhir sebagai karyawan seperti ini.”. Mendengar itu, sontak rasa penasaran saya timbul. Kemudian conversation pun berlanjut begitu saja.

Terakhir saya mengetahui nama karyawan itu adalah Rudi (atau Rudy). Setelah saya bertanya mengenai maksud dari Saudara Rudi itu mengatakan mengenai ucapannya tadi, dia pun menjelaskan panjang lebar. Dia mengatakan bahwa bulan ini adalah bulan kedua dia bekerja sebagai karyawan Mr.Burger. Sebelumnya dia bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan produsen suku cadang sepeda motor Yamaha bernama PT. KYOWA di Bekasi. Imbas krisis perekonomian global membawa dia dan sekitar 2000 karyawan di perusahaan itu menjadi pengangguran dadakan. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dialaminya membawanya menjadi seorang karyawan merangkap juru masak di gerai kecil makanan cepat saji tersebut. Saya dapat membayangkan bagaimana kehidupan seorang karyawan perusahaan besar berubah 180 derajat saat nasib menempatkannya pada posisi yang “tidak pernah dibayangkan sebelumnya”. Saudara Rudi yang merupakan tamatan STM ini harus bisa menyambung hidup dengan bekerja jauh dari bidang yang digeluti sebelumnya. Kisahnya, sebelum menjadi karyawan PT. KYOWA, dia mulai bekerja sebagai mekanik. Rezeki membawanya menjadi karyawan dengan status “karyawan kontrak” di perusahaan suku cadang sepeda motor di daerah Bekasi. Empat tahun lamanya dia berkontribusi di perusahaan tersebut sebelum perusahaan terpaksa melepasnya untuk “pengencangan ikat pinggang” perusahaan sebagai bentuk minimizing cost dalam menghadapi krisis keuangan global. Empat tahun bekerja di satu perusahaan cukup menggambarkan loyalitasnya sebagai karyawan mengingat bahwa dia berstatus karyawan kontrak. Kekalahan seleksi alam membawanya kembali ke Yogyakarta dan beruntung dia masih bisa mendapatkan pekerjaan di Mr.Burger. Gaji yang jauh lebih rendah dari gaji sebelumnya cukup membawa dampak besar. “Saya dulu kalau mau beli sesuatu gak pernah lihat label harganya, Mas.”, kisahnya “Sekarang ya suka mikir-mikir dulu sebelum beli.”.

Dia memberitahu bahwa di PT. KYOWA dia memperoleh gaji sebesar Rp.2.000.000,- per bulan belum termasuk lembur. “Sekarang gaji saya Rp.540.000,- per bulannya.”, katanya.
Mungkin anda juga bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang “Saudara Rudi”. Bayangan saya, tidak mudah menerima keadaan dimana pada satu waktu kita berada pada keadaan yang empuk namun di waktu lain keadaan yang terkeras merupakan keadaan terempuk yang harus kita hadapi. Jika kita melihat dari sisi prestige, sungguh jauh lebih prestige bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan Jepang yang merupakan produsen suku cadang sepeda motor Yamaha daripada harus menjadi seorang juru masak sebuah gerai kecil makanan cepat saji. Bayangan saya itu sepertinya tidak jauh berbeda dengan air muka yang saya lihat dari Saudara Rudi.
Dia juga mengatakan bahwa setelah dua tahun bekerja di PT. KYOWA, dia dan temannya memutuskan nyambi membuka CV( Comanditaire Venootschap ) yang bergerak dibidang finishing suku cadang produksi PT. KYOWA. Singkatnya, apa yang dilakukan oleh Saudara Rudi pada saat itu sangat mempunyai prospek. Mungkin inilah apa yang “pernah” dibayangkan olehnya. Pemutusan Hubungan Kerja bukan satu satu nya “tangga” yang menimpanya. CV yang dibangunnya gulung tikar karena putus kerjasama dengan PT.KYOWA.
Pembicaraan kami terhenti sejenak saat seorang wanita memesan sebuah beef burger di gerai itu. Saudara Rudi dengan segera mulai mengolah pesanan si pembeli. Saat itu saya masih sempat terfikir bagaimana cara Saudara Rudi menerima keadaan seperti ini. Bagi saya yang notabene adalah seorang mahasiswa yang mulai dari outfit sampai isi perut berasal dari uang orang tua saja terkadang pusing memikirkan berjuta-juta mimpi di hari esok. Bagaimana pula dengan Saudara Rudi yang telah menggenggam mimpi nya namun dirampas secara paksa oleh keadaan. Mungkin bagi sebagian orang gaji sebesar Rp.2.000.000,- per bulan adalah bentuk riil dari gaya hidup selama beberapa hari. Namun bagi Saudara Rudi, uang sebesar ini adalah sigma gaji selama kurang lebih empat bulan. Masih beruntung Mr.Burger memberikan gaji tidak berdasar omzet per gerai melainkan dengan besaran tetap per bulannya. Dengan jam kerja kurang lebih delapan jam per hari, tentunya uang sebesar ini masih terasa kecil. Pesanan pun selesai dan si pembeli (yang merupakan satu-satunya pembeli selama saya disana) menyerahkan selembar uang lima ribu dan dua lembar uang seribuan.

Saudara Rudi juga bercerita bahwa dia mempunyai seorang sepupu yang mempunyai jabatan penting di sebuah perusahaan lain yang juga bergerak dalam produksi suku cadang sepeda motor. Namun ini sama sekali tidak mendatangkan pengaruh kepadanya. Bahkan jika politik Nepotisme menjadi Survive Exit terakhir, keadaan perekonomian dunia yang bergejolak belum mengizinkannya untuk menjadi salah satu bagian di perusahaan tersebut. Mungkin kita berfikir bahwa Channeling dan Backing akan menempatkan kita pada Comfort Zone dan Certainty yang siap ditagih pada waktu tertentu. Saya jadi teringat dengan satu ungkapan yang mengatakan bahwa satu satunya yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri.
Tanpa maksud menggurui, saya berkata pada Saudara Rudi bahwa semua yang kita terima pada dasarnya adalah rezeki. Bekerja di Mr.Burger mungkin bukan rezeki bagi dia. Namun bagi pelamar lain yang dia kalahkan untuk mendapatkan pekerjaan ini, pasti berpendapat bahwa dia adalah orang yang “berezeki”. Bukan berarti saya juga mudah dalam menerima suatu keadaan terpuruk. Saya juga sebenarnya baru tersadar bahwa untuk bersyukur, kita harus bisa flexible menempatkan diri kita pada posisi yang appropriate dengan kadar rezeki yang kita terima. Bukan pula berarti kita melepaskan effort untuk rezeki terbesar melainkan meyakini bahwa skenario terburuk tidak selamanya buruk.

Pembicaraan pun bercabang ke arah pemilihan presiden, pemanfaatan SDM yang tidak maksimal di Indonesia, sampai mengenai franchising. Tidak terasa saya berbincang-bincang selama kurang lebih dua jam. Hujan pun sudah mulai berhenti. Saya menjabat tangan Saudara Rudi dan mengatakan semoga dia sukses dengan segala usaha yang dijalaninya. Semoga dia juga mengatakan hal yang sama di dalam hatinya. Saya pun bergegas mengendarai motor saya. Ternyata hujan dalam perjalanan pulang dari kuliah tidak selamanya menjengkelkan. Hujan kali ini cukup memberikan saya pelajaran berharga. Mungkin lain kali saya pulang kuliah di saat hujan saja. Bercanda.

Comment(s) via Facebook.com



Radhyaksa Ardaya at 8:51pm May 23
Ini beneran?
Aku masih speechless nih. Indomaret mana sih ga?

Bimantara Haryo at 9:00pm May 23
bagus ga note lo...
cukup membuat merenungkan...
laik dis lah mamen!!!

Haga Ade Wiguna at 9:03pm May 23
@caca
kan ada alamatnya di dalam note bung caca...

@Bima
beugh...lo bayangin lo ada di posisi dia...gw aja shock juga dengernya...kisah nyata.

Bimantara Haryo at 9:07pm May 23
AYO BELI BURGER HANYA DI AKANG RUDI!!! hahaha
di jakarta kaga ada si coyyyy

Harisnu Kurniawan at 9:57pm May 23
nice post,..

Musytaqul Hasan at 12:09am May 24
Oi tetangga kamar,
Post nya bagus, tulisannya bagus,

tapi kenapa bahsanya kyk lo lagi kerasukan Soekarno?

Andrea Andjaringtyas Adhi at 5:12pm May 24
HIDUP MR.BURGER. Man. Emang mr.burger itu nagih abis. Cuma 6500rupiah bisa dapet daging yang eeuuhm dengan roti yang eeeuhm pula. Jadi kalo males makan berat, ngemil itu doang aja jg kenyang. Dan kebetulan mr.burger itu langganan gw ga! HAHAHA. Jgn2 slama ni mas rudi yg mendengarkan curhatku sambil menunggu chicken prosperity gw jadi.. Hehee.

Gw ada bbrp pertanyaan (bodoh):
1. Jadi elo beli burger ato ga?
2. Elo voto juga ya mas rudinya?
3. Ko elo tumben bs inspritif seh ga? Hehehe.

Syiva Nur Malasari at 9:25pm May 24
ndre ini MR.BURGER yg kita beli pas mlm itu bkn tmpatnya?kan lagi IN bgt tuh si chiken prosperity dsana??trs lu jd beli burger apa numpang neduh doang ga?

Haga Ade Wiguna at 10:53pm May 24
@Uul
lo kaga tau nama gw haga soekarno putra? Haha

@handra
ah lo gak manggil... Parah!

Haga Ade Wiguna at 10:56pm May 24
@andrea
1. Gw ga beli krn terlanjur beli sari roti. Wakaka
2. Si mas rudiny gw foto diem2 pake digicam. Gw pura2 nunjukin foto pak bud. Trus diem2 gw matiin flash, pura pura megang kamera, sok2 nanya lg dan JEPRETTT...Haha.
3. Iya tumben. Hehe

Haga Ade Wiguna at 10:58pm May 24
@cipoy
haha agenda utamanya kan neduh...

Raras Cynanthia at 12:42pm May 25
wah gaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... jadi sedih bacanya. serius. :.( tapi inspirative... !!! memotivasi agar terus maju.

Khafidh Moch Zainul at 10:05pm May 25
Mantabs...

Dian Paramita at 9:06am May 28
KOK GA BELI BURGERNYA!!!!!
Dari pertama baca ampe terakhir aku berharap ada tulisan, "untuk menambah semangat Mas Rudy, aku membeli 5 burger untuk temanku Mimit." 1 kali dayuh, 2 ampe 3 pulau terlampaui kan. Mas Rudy senang, temanmu juga senang. Cuma numpang neduh dan minta didongengin aja! Mas nya pasti kecewa. Kamu bodoh. (Modyar ga dipuji malah dibodohi)

Paragraf terakhir itu favoriteku btw. Hehe.

Haga Ade Wiguna at 9:09am May 28
@mimit
soalnya tadinya aku udah makan sari roti yang gede...mas nya juga antusias ceritanya..lupalah akan kelezatan mr.burger

btw intinya bukan diparagraf yang kamu favoritin itu loh mit.

Dian Paramita at 9:14am May 28
Apapun ceritanya, tapi pendapat terakhirmu itu yang paling bagus. Yang ini lho maksudku:

...Saya pun bergegas mengendarai motor saya. Ternyata hujan dalam perjalanan pulang dari kuliah tidak selamanya menjengkelkan. Hujan kali ini cukup memberikan saya pelajaran berharga. Mungkin lain kali saya pulang kuliah di saat hujan saja. Bercanda.

DONG NGGAK KAMU???

Haga Ade Wiguna at 9:15am May 28
Oh
*angguk2, geleng2, nunduk2

Dian Paramita at 9:17am May 28
Bagus.