Selasa, 30 Desember 2008
Berjalan atau Berlari (?)
Terkadang saat akan melakukan sesuatu, ada desakan dalam hati untuk mengatakan ”nanti saja”, ”besok saja”, ”kapan-kapan saja”, atau apapun yang sejenis. Ada kalanya desakan itu terealisasi dan datang dalam bentuk penyesalan. Kenapa nanti? Kenapa besok? Kenapa kapan-kapan? Mereka bilang kegagalan adalah pembelajaran. Saya tidak mau gagal tapi saya mau belajar. Bahkan pepatah pun berteriak ”jangan tunggu sampai besok apa yang dapat kau kerjakan hari ini”. Saya bisa menyalahkan waktu kalau apa yang dapat saya kerjakan hari ini, saya realisasikan besok. Tapi saya akan menyalahkan diri saya sendiri kalau apa yang seharusnya dapat saya kerjakan besok tidak terealisasi karena besok saya harus mengerjakan yang seharusnya saya kerjakan hari ini. Saya tidak mau bibir dan hati ini berucap, ”Seharusnya saya yang menempati jabatan itu...” atau ” Seharusnya saya yang menjadi pasangan gadis itu...” atau yang paling buruk ”Andai dulu saya lebih serius merencanakan masa depan...”.
Saya tidak ingin merasa sedang menunggu padahal saya sudah tertinggal. Saya tidak ingin merasa menemukan sesuatu yang baru padahal mereka sudah lebih dulu. Mereka menggoyangkan kaki menapaki tanah saat saya menggoyangkan kaki diatas kursi. Saya ingin bertemu dengan si individu yang menyatakan ”waktu terus berjalan”. Kenapa berjalan? Disaat yang lain mengatakan time is running out. Berlari!!! Tidak aneh kalau ”besok saja” dan kawan-kawan sering terucap karena merasa tidak harus mengejar. Tidak aneh kalau ada saat-saat ketinggalan.
Saya ingin menjadi sepasang sepatu bagi waktu yang sedang berlari bukan pemandangan bagi waktu yang ternyata tak pernah berjalan...
Comment(s) via Facebook.com
INTERMEZO
Saya masih ingat bagaimana masa-masa kecil saya dan saudara-saudara saya. Semua berjalan sangat indah walaupun kami tidak tahu bagaimana menerbangkan layangan, memainkan kelereng atau semacamnya karena kami tidak merasa tertarik dengan itu. Saya beruntung dibesarkan ditengah keluarga yang hangat. Saudara-saudara yang begitu bersahabat. Kedua orang tua saya adalah penghuni kantor “from ten to five”. Meskipun demikian, saya masih punya “from five to ten” dari sepasang manusia super ini. Jadi, maaf kalau saya tidak pernah merasakan apa yang mereka sebut dengan “korban orangtua workoholic”. Tak berlebihan kalau saya menggunakan kata “beruntung” untuk diri saya sendiri. Begitu cepat waktu berlalu. Saya masih ingat bagaimana reaksi keluarga saya saat pertama kali suara saya berubah menjadi besar sedikit bass. Saya pun sebenarnya bingung saat itu. Pernah saya menemukan kembali celana pendek kecil berwarna biru. Tersenyum kecil, bergumam…ya, saya pernah memakainya dulu sekali sewaktu playgroup jauh sebelum bulu-bulu ini memenuhi paha sampai mata kaki. Banyak hal telah berubah. Rambut ini pernah klimis sewaktu Sekolah Dasar. Sekarang untuk menurunkan rambut yang melawan gravitasi ini saja sulit rasanya. Dulu ketika saya kecil, saya ingin cepat besar. Saya pernah sangat senang saat usia saya melebihi sepuluh, tak terasa itu sudah sepuluh tahun yang lalu. Meskipun saya tidak ingin kembali menjadi kecil, saya merindukan masa-masa itu. Lihat sekarang, untuk berkumpul bersama sangat susah mencari waktu. Ruang keluarga sudah jarang terisi penuh.
Semakin hari semakin banyak yang saya pelajari. Hidup itu waktu. Rambut yang memenuhi muka akan terus tumbuh meski setiap pagi dicukur. Saya akan meninggalkan dan juga ditinggalkan. Ya Tuhan, hidup itu seperti steak. Sayang ditelan sebelum puas mengunyah meskipun akan kenyang. Saya belum ingin kenyang dengan hidup. Saya masih ingin merasakan kaldu setiap kali mengunyah perjalanan hidup saya. Tidak masalah kalau lidah saya tergigit karena saya akan berhenti sejenak untuk kembali lagi. Ya Tuhan, saya tidak ingin hidup selalu berharap, saya ingin menjadi harapan. Saya takut ”mengecewakan” melebihi takut saya dengan ”dikecewakan”. Saya ingin tersenyum dengan masa depan. Sudah siapkah saya dengan masa depan? Apa dan dimana saya tidak lama lagi? Saya tahu bahwa lelaki dipandang dari pekerjaannya, bukan dari film yang ditontonnya. Jika tiba saatnya, saya ingin memiliki pekerjaan yang terencana kalau memang benar pekerjaan adalah harga diri bagi lelaki. Bahkan jika saya berpendapat bahwa pekerjaan dan harga diri menempati koridor yang berbeda. Saya terkadang bersyukur menjadi pribadi yang memikirkan ini. Saya pun tidak memungkiri kalau saya merindukan masa-masa saya tidak memikirkan ini semua. Masa kecil saya. Tidak berarti saya menolak proses pendewasaan. Ya Tuhan, banyak yang ingin saya utarakan antara kita berdua...
Comment(s) via Facebook.com
Semakin hari semakin banyak yang saya pelajari. Hidup itu waktu. Rambut yang memenuhi muka akan terus tumbuh meski setiap pagi dicukur. Saya akan meninggalkan dan juga ditinggalkan. Ya Tuhan, hidup itu seperti steak. Sayang ditelan sebelum puas mengunyah meskipun akan kenyang. Saya belum ingin kenyang dengan hidup. Saya masih ingin merasakan kaldu setiap kali mengunyah perjalanan hidup saya. Tidak masalah kalau lidah saya tergigit karena saya akan berhenti sejenak untuk kembali lagi. Ya Tuhan, saya tidak ingin hidup selalu berharap, saya ingin menjadi harapan. Saya takut ”mengecewakan” melebihi takut saya dengan ”dikecewakan”. Saya ingin tersenyum dengan masa depan. Sudah siapkah saya dengan masa depan? Apa dan dimana saya tidak lama lagi? Saya tahu bahwa lelaki dipandang dari pekerjaannya, bukan dari film yang ditontonnya. Jika tiba saatnya, saya ingin memiliki pekerjaan yang terencana kalau memang benar pekerjaan adalah harga diri bagi lelaki. Bahkan jika saya berpendapat bahwa pekerjaan dan harga diri menempati koridor yang berbeda. Saya terkadang bersyukur menjadi pribadi yang memikirkan ini. Saya pun tidak memungkiri kalau saya merindukan masa-masa saya tidak memikirkan ini semua. Masa kecil saya. Tidak berarti saya menolak proses pendewasaan. Ya Tuhan, banyak yang ingin saya utarakan antara kita berdua...
Comment(s) via Facebook.com
Kamis, 27 November 2008
MENYILANGKAN TANGAN SENDIRI DIANTARA KEDUA PAHA SENDIRI
Sebenarnya saya sudah lama memikirkan ini...Gak penting tapi penting...
Tadinya saya pikir hanya saya yang melakukan hal ini, tapi ternyata banyak dan hampir semua pria melakukannya...
Hal yang dimaksud adalah seperti ini:
Sejak dari dulu, saya kalau sedang duduk baik di bangku kelas, di sofa, di jok mobil, dsb terlebih jika ada orang lain di depan saya ketika saya duduk, secara sadar atau tidak sadar 90an% pasti menyilangkan kedua tangan saya di antara kedua paha. Tidak harus menyilangkan tangan, bisa juga lipat tangan di antara kedua paha. Intinya adalah selalu ada tangan di antara kedua paha saya (tangan saya maksudnya..haha). Pengecualian, hal ini tidak saya lakukan jika saya duduk di jok motor saat mengendarai motor (yang nanya kenapa, saya tinju!!!).
Nah, akhirnya saya mengemukakan pikiran saya pada seorang teman. Teman saya pun menyetujuinya. Kemudian kita melakukan pembuktian. Pembuktian yang dimaksud adalah dengan cara menonton televisi dimana bintang tamu pria nya duduk (ada gitu yang berdiri???).
Acara yang kita tonton :
(1) TATAP MATA : Di acara ini terdapat dua bintang tamu pria yang menyilangkan tangan diantara kedua pahanya. Bahkan saat si bintang tamu berdiri dan duduk lagi, secara tidak sadar tangannya langsung menyilang lagi di antara kedua pahanya. Beda dengan bintang tamu wanita (walaupun duduknya tidak sila kaki), tangannya tidak pernah menyilang diantara kedua pahanya.
(2) APA KABAR INDONESIA MALAM : Ketiga bintang tamu pria yang terdiri dari Anggota KPU, Direktur salah satu Organisasi, PANWASLU juga menyilangkan tangannya di antara kedua paha. Berbeda dengan Tina Talisa yang menurut saya sangat cantik dan pintar (beda konteks pak!).
(3) ACARA LAIN-LAIN : Yang tetap saja bintang tamu prianya menyilangkan tangan diantara kedua pahanya.
Intinya mengapa kebanyakan pria jika duduk selalu menyilangkan tangan diantara kedua pahanya?
Saya punya jawaban saya sendiri, tapi terlalu vulgar jadi saya rahasiakan.
Menurut anda???
Comment(s) via Facebook.com
Tadinya saya pikir hanya saya yang melakukan hal ini, tapi ternyata banyak dan hampir semua pria melakukannya...
Hal yang dimaksud adalah seperti ini:
Sejak dari dulu, saya kalau sedang duduk baik di bangku kelas, di sofa, di jok mobil, dsb terlebih jika ada orang lain di depan saya ketika saya duduk, secara sadar atau tidak sadar 90an% pasti menyilangkan kedua tangan saya di antara kedua paha. Tidak harus menyilangkan tangan, bisa juga lipat tangan di antara kedua paha. Intinya adalah selalu ada tangan di antara kedua paha saya (tangan saya maksudnya..haha). Pengecualian, hal ini tidak saya lakukan jika saya duduk di jok motor saat mengendarai motor (yang nanya kenapa, saya tinju!!!).
Nah, akhirnya saya mengemukakan pikiran saya pada seorang teman. Teman saya pun menyetujuinya. Kemudian kita melakukan pembuktian. Pembuktian yang dimaksud adalah dengan cara menonton televisi dimana bintang tamu pria nya duduk (ada gitu yang berdiri???).
Acara yang kita tonton :
(1) TATAP MATA : Di acara ini terdapat dua bintang tamu pria yang menyilangkan tangan diantara kedua pahanya. Bahkan saat si bintang tamu berdiri dan duduk lagi, secara tidak sadar tangannya langsung menyilang lagi di antara kedua pahanya. Beda dengan bintang tamu wanita (walaupun duduknya tidak sila kaki), tangannya tidak pernah menyilang diantara kedua pahanya.
(2) APA KABAR INDONESIA MALAM : Ketiga bintang tamu pria yang terdiri dari Anggota KPU, Direktur salah satu Organisasi, PANWASLU juga menyilangkan tangannya di antara kedua paha. Berbeda dengan Tina Talisa yang menurut saya sangat cantik dan pintar (beda konteks pak!).
(3) ACARA LAIN-LAIN : Yang tetap saja bintang tamu prianya menyilangkan tangan diantara kedua pahanya.
Intinya mengapa kebanyakan pria jika duduk selalu menyilangkan tangan diantara kedua pahanya?
Saya punya jawaban saya sendiri, tapi terlalu vulgar jadi saya rahasiakan.
Menurut anda???
Comment(s) via Facebook.com
Minggu, 23 November 2008
SUBSIDI BBM DAN DAMPAKNYA TERHADAP INVESTASI
Sebagaimana yang kita ketahui, perekonomian Indonesia tidaklah selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan dimana perekonomian Indonesia layaknya perekonomian negara-negara berkembang lainnya bahkan negara maju sekalipun ada kalanya mengalami ketidakseimbangan perekonomian. Sesuai apa yang dikatakan oleh Keynes, bahwa dalam perekonomian dibutuhkan peran serta pemerintah untuk melakukan interfensi penyeimbangan kondisi perekonomian. Dalam masalah harga misalnya, heterogenitas daya beli masyarakat Indonesia yang sebagian besar mempunyai rata-rata daya beli yang rendah mau tidak mau harus membutuhkan penyesuaian harga yang dapat membantu meningkatkan daya beli masyarakat sehingga semua lapisan masyarakat dapat mencapai tingkatan harga yang telah disesuaikan tersebut.
Begitu pula dengan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mengalami peningkatan harga yang drastis yang diakibatkan oleh kenaikan harga minyak dunia. Dengan daya beli masyarakat Indonesia yang rendah, sudah pasti akan menjadi kendala tersendiri bagi mayoritas masyarakat Indonesia untuk dapat mencapai harga yang cukup tiinggi tersebut. Dalam hal ini lah pemerintah menunjukkan perannya. Dengan menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan mengalokasikan jumlah tertentu untuk menutupi tingginya harga BBM melalui kebijakan subsidi, pemerintah mengaharapkan bahwa daya beli masyarakat secara umum akan meningkat.
Memang kebijakan subsidi telah berhasil dalam hal meningkatkan daya beli masyarakat. Namun, masalah tidak hanya berhenti disini saja. Masyarakat dari kalangan bawah secara mayoritas hanya membutuhkan BBM berupa minyak tanah dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari padahal pemerintah memberikan subsidi bukan hanya minyak tanah tetapi juga BBM untuk kendaraan bermotor. Sudah barang tentu dengan kondisi daya beli masyarakat yang didominasi oleh kalangan berdaya beli rendah, adalah hal yang cukup irrasional jika kalangan masyarakat tersebut yang menjadi konsumen terbesar BBM untuk kendaraan bermotor. Tentunya yang merupakan konsumen terbesar berasal dari kalangan ekonomi menengah keatas yang memiliki daya beli yang lebih tinggi. Dengan kata lain, terdapat kesalahan sasaran pemberian subsidi tersebut. Data Susenas terakhir menunjukkan 82% dari subsidi jatuh kepada kelompok 60% pendapatan teratas dan sisanya hanya 17% subsidi tersebut hanya jatuh kepada kelompok 40% terbawah. Dalam hal ini jelas terlihat bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah memiliki “dua mata pedang” dimana di satu sisi menguntungkan namun disisi lain terdapat situasi mubazir anggaran karena ternyata yang menikmati subsidi yang diberikan pemerintah tersebut lebih banyak jatuh di tangan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih tinggi yakni masyarakat yang membeli BBM untuk kendaraan bermotor. Pemerintah pun akhirnya mengurangi subsidi dan menggantikannya dengan kebijakan lain.
Dengan mengurangi subsidi, dengan harapan harga minyak Indonesia sama dengan asumsi dalam RAPBN pada tahun sebelumnya, perhitungan sementara menunjukkan akan terdapat sekitar Rp 20-25 trilyun netto anggaran tambahan (setelah diperhitungkan anggaran tambahan untuk Subsidi Langsung Tunai dan Program-Program Kompensasi Lainnya serta kenaikan gaji pegawai negeri sebesar 20%) yang bisa digunakan untuk keperluan lain. Jadi penghematan ini bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif seperti yang dicantumkan Rencana Kerja Tahunan yang akan datang yaitu program penanggulangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar khusunya infrastruktur pedesaan, pertanian dan pertahanan keamanan.
Bagaimanakah dampak dari pemberian subsidi terhadap perekonomian secara keseluruhan. Dengan mengganggap bahwa pemerintah membiarkan pajak konstan, maka akan terdapat kenaikan konsumsi pemerintah (G) untuk membiayai pengeluaran subsidi. Karena pajak tetap namun pengeluaran pemerintah bertambah, maka akan terjadi budget deficit yang mengakibatkan tabungan pemerintah turun. Budget deficit tersebut dibiayai dari masyarakat dengan cara menaikkan suku bunga bank yang pada akhirnya menyebabkan masyarakat memiliiki preferensi untuk menabung dibandingkan untuk investasi. Dengan kata lain, memang terdapat sisi negatif dari pemberian subsidi yang dilakukan pemerintah dimana pemberian subsidi tersebut menurunkan private investment. Namun pertanyaan lain yang muncul adalah apakah penghentian pemberian subsidi berarti akan terjadi perbaikan perekonomian? Memang kebijakan selalu berupa “pedang bermata dua”;-)
Begitu pula dengan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mengalami peningkatan harga yang drastis yang diakibatkan oleh kenaikan harga minyak dunia. Dengan daya beli masyarakat Indonesia yang rendah, sudah pasti akan menjadi kendala tersendiri bagi mayoritas masyarakat Indonesia untuk dapat mencapai harga yang cukup tiinggi tersebut. Dalam hal ini lah pemerintah menunjukkan perannya. Dengan menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan mengalokasikan jumlah tertentu untuk menutupi tingginya harga BBM melalui kebijakan subsidi, pemerintah mengaharapkan bahwa daya beli masyarakat secara umum akan meningkat.
Memang kebijakan subsidi telah berhasil dalam hal meningkatkan daya beli masyarakat. Namun, masalah tidak hanya berhenti disini saja. Masyarakat dari kalangan bawah secara mayoritas hanya membutuhkan BBM berupa minyak tanah dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari padahal pemerintah memberikan subsidi bukan hanya minyak tanah tetapi juga BBM untuk kendaraan bermotor. Sudah barang tentu dengan kondisi daya beli masyarakat yang didominasi oleh kalangan berdaya beli rendah, adalah hal yang cukup irrasional jika kalangan masyarakat tersebut yang menjadi konsumen terbesar BBM untuk kendaraan bermotor. Tentunya yang merupakan konsumen terbesar berasal dari kalangan ekonomi menengah keatas yang memiliki daya beli yang lebih tinggi. Dengan kata lain, terdapat kesalahan sasaran pemberian subsidi tersebut. Data Susenas terakhir menunjukkan 82% dari subsidi jatuh kepada kelompok 60% pendapatan teratas dan sisanya hanya 17% subsidi tersebut hanya jatuh kepada kelompok 40% terbawah. Dalam hal ini jelas terlihat bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah memiliki “dua mata pedang” dimana di satu sisi menguntungkan namun disisi lain terdapat situasi mubazir anggaran karena ternyata yang menikmati subsidi yang diberikan pemerintah tersebut lebih banyak jatuh di tangan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih tinggi yakni masyarakat yang membeli BBM untuk kendaraan bermotor. Pemerintah pun akhirnya mengurangi subsidi dan menggantikannya dengan kebijakan lain.
Dengan mengurangi subsidi, dengan harapan harga minyak Indonesia sama dengan asumsi dalam RAPBN pada tahun sebelumnya, perhitungan sementara menunjukkan akan terdapat sekitar Rp 20-25 trilyun netto anggaran tambahan (setelah diperhitungkan anggaran tambahan untuk Subsidi Langsung Tunai dan Program-Program Kompensasi Lainnya serta kenaikan gaji pegawai negeri sebesar 20%) yang bisa digunakan untuk keperluan lain. Jadi penghematan ini bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif seperti yang dicantumkan Rencana Kerja Tahunan yang akan datang yaitu program penanggulangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar khusunya infrastruktur pedesaan, pertanian dan pertahanan keamanan.
Bagaimanakah dampak dari pemberian subsidi terhadap perekonomian secara keseluruhan. Dengan mengganggap bahwa pemerintah membiarkan pajak konstan, maka akan terdapat kenaikan konsumsi pemerintah (G) untuk membiayai pengeluaran subsidi. Karena pajak tetap namun pengeluaran pemerintah bertambah, maka akan terjadi budget deficit yang mengakibatkan tabungan pemerintah turun. Budget deficit tersebut dibiayai dari masyarakat dengan cara menaikkan suku bunga bank yang pada akhirnya menyebabkan masyarakat memiliiki preferensi untuk menabung dibandingkan untuk investasi. Dengan kata lain, memang terdapat sisi negatif dari pemberian subsidi yang dilakukan pemerintah dimana pemberian subsidi tersebut menurunkan private investment. Namun pertanyaan lain yang muncul adalah apakah penghentian pemberian subsidi berarti akan terjadi perbaikan perekonomian? Memang kebijakan selalu berupa “pedang bermata dua”;-)
Sabtu, 17 Mei 2008
“If they cry,They Buy”
Saya menonton acara 2020 di Metro TV sekarang ini. Hal yang mengejutkan yang ada di acara ini adalah cara menjual produk yang curang. Menurut saya (dan pastinya menurut kebanyakan orang termasuk menurut acara ini), cara penjualan yang dilakukan oleh suatu produk pelangsing tubuh bermerk “LA Weight Loss” sangatlah curang dan licik. Saya baru tau bahwa bagi wanita, berat badan yang bertambah itu merupakan hal yang sangat besar. Bagi pria termasuk saya, bertambahnya berat badan bukanlah hal yang sangat perlu dikhawatirkan. Saya akan panik kalau perut saya bertambah buncit. Itu pun sekedar panik dalam artian biasa, bukan sampe stress bla bla bla. Saya belum bisa menemukan apa yang menyebabkan bertambahnya berat badan bisa membuat wanita menjadi sangat panik bahkan nangis. Setidaknya hal itulah yang dibahas dalam acara 2020 yang saya tonton ini. Anda tau, seorang wanita yang menurut saya “bodoh” karena dia terlalu khawatir suaminya, orang-orang di sekitarnya akan mengolok dia jika berat badannya bertambah (padahal kalau diperhatikan, bertambahnya berat badannya sama sekali tidak berpengaruh pada bentuk tubuhnya). Dengan kata lain, panik yang dideritanya terlalu berlebihan. Hal ini lah yang digunakan oleh produk pelangsing LA Weight Loss itu sebagai “senjata” untuk memperoleh keuntungan yang lebih. Dikatakan, dalam iklan promosinya di televisi nasional Amerika, biaya yang harus dikeluarkan seseorang untuk mendapatkan produk itu setara dengan USD $7 per minggu selama satu tahun. Namun apa yang terjadi cukup mengejutkan. Pihak produk pelangsing itu dalam prakteknya juga secara persuasif menjual produk pendukung lainnya yang harganya jauh lebih mahal. Dan para konsumer yakin untuk membelinya karena rasa “panik” akan berat badan mereka. Perlu diketahui, bahwa pihak produk pelangsing itu menjual produknya melalui salesman/woman yang sama sekali bukan konsultan diet dan juga tidak mengetahui tentang takaran makanan yang sehat. Para sales ini hanya diberikan ”mantra” yang bunyinya ”If They Cry, They Buy”. Artinya para salesman/woman ini akan bermain dengan emosi calon konsumen dengan kata2 yang dalam. Mereka tidak diajarkan mengenai komposisi produk, pelatihan mengenai kegunaan produk dan segala macamnya. Mereka hanya diajarkan bagaimana cara meningkatkan penjualan dan bagaimana agar konsumen yakin untuk membeli produk mereka. Benar-benar cara penjualan yang curang. Anda bayangkan, salesman/woman itu tak segan segan mengatakan “Ayo kita lihat apa kau sanggup melihat penderitaanmu karena berat badanmu ini…” kepada seorang wanita yang akan menimbang berat badannya. Otomatis wanita itu akan menangis (cry) dan merasa malu jika berat badannya tidak berkurang. Saat seperti inilah si salesman/woman mengeluarkan jurusnya, ”Kecuali anda membeli produk camilan ini, ditambah makanan bergizi ini yang akan meningkatkan metabolisme tubuh anda bla bla bla...”. Mau tak mau, si wanita akan membeli (buy) produk yang disodorkan ini meskipun uang si wanita ini sangat tidak cukup. If they cry, they buy. Liciknya, pihak produk pelangsing ini menawarkan kartu kredit yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang ”mencekik”. Dan coba tebak, si wanita ini tidak sadar bahwa dia sudah mengeluarkan USD $ 3100 lebih hanya untuk produk ini ditambah lagi dengan hutang kartu kredit ”lintah darat” yang diberikan pihak produk pelangsing dimana bunganya 22% per tahun (ingat sebelumnya bahwa iklan mengatakan bahwa untuk langsing konsumen mengeluarkan biaya USD $7 per minggu selama setahun). Sedihnya, berat badan si wanita justru semakin bertambah 6 kg. Dengan kata lain, USD $3100 for nothing. Si wanita merasa dia telah mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak akan dia dapatkan. Apakah anda (baca:kita) juga masih percaya akan trik trik penjualan seperti ini. Apakah anda (baca:kita) masih percaya akan mendapat kapal pesiar ataupun pesawat jet ataupun mercy dari kebohongan penjualan? Untung saya dari awal tidak pernah terjebak...
Jumat, 28 Maret 2008
CONECTION
Saya hari ini (28/03/08) dalam keadaan yang sangat malas untuk beraktifitas dan lebih memilih untuk menonton TV. Saya memilih sebuah acara di METRO TV yang berjudul “2020”. Saya tahu acara ini, tapi ada sesuatu yang beda dari acara ini. Sepertinya konsepnya berbeda dengan apa yang saya pernah lihat. Dengan tema “CONECTION”, konsep acara ini pada hari ini adalah berusaha menghubungkan satu orang (A) dengan orang lain (B) yang bahkan mereka belum pernah saling bertemu sebelumnya dan tidak mengetahui informasi apapun tentang orang tersebut.
Awalnya A (Ibu rumah tangga) melihat B (petinju) hanya dari foto yang ditunjukkan oleh si pembawa acara. Ini mengenai bagaimana caranya mereka bisa saling bertemu padahal mereka tidak saling kenal. A kemudian menghubungi A1 yang tidak lain merupakan temannya. A1 mengenalkan A kepada A2 yang mengerti dunia tinju.. A2 mengenalkan A kepada A3 (seorang supplier barang mewah) yang mengenal A4 (pria 80an tahun yang merupakan seorang juara tinju pada masanya). Dengan mengenal A4, A akhirnya bisa bertemu dan mengenal B. Pertemuan A dan B diisi dengan saling bertukar kado, bercerita tentang kehidupan masing-masing dimana mereka adalah sama sama anak yatim. B menyambut A dengan sangat ramah.
Tantangan selanjutnya adalah, B ditantang balik. Tantangannya adalah, B harus dapat menemui C (seorang penari Broadway yang terkenal). Sama seperti diatas, B tidak pernah mengenal dan bertemu dengan C dan hanya mengetahuinya dari foto yang diperlihatkan oleh pembawa acara. B kemudian menghubungi B1 (seorang pemilik label parfum terkenal) yang merupakan kakak asuhnya sewaktu kecil. B1 mengenalkan B kepada B2 (seorang pemilik perusahaan majalah). B2 mengenalkan B dengan B3 (seorang pramusaji wanita). B3 mengenalkan B kepada B4 yang merupakan teman dekat C. Akhirnya, dengan mengenal B4, B dapat bertemu dan mengenal C. Pertemuan ini diisi dengan pemberian DVD dari B kepada C. Selain itu, C juga mengajari B sedikit gerakan tari Broadway. Keramahan yang diberikan C kepada B sama baiknya dengan keramahan yang diberikan B kepada A.
Apa yang bisa kita ambil dari cerita diatas adalah, bahwa ada kalanya istilah ”dunia itu sempit” benar. Pernahkah kita membayangkan bahwa seseorang diluar sana yang mungkin adalah orang terkenal dapat pula menjadi teman kita karena kita memiliki koneksi. Bayangkan bagaimana A yang hanya ibu rumah tangga dapat menjadi teman bagi B yang merupakan petinju. Bagaimana B yang seorang petinju dapat menjadi teman bagi C yang merupakan penari Broadway yang terkenal. Bagaimana A bisa mengenal orang-orang terkenal dalam tahapan mencari B. Begitu juga dengan B pada tahapan mencari C.
Selain itu, first impression sangatlah penting bagi seseorang yang baru kita kenal. Contohnya sewaktu B meminta bantuan B3 (pramusaji wanita) yang pada saat itu sedang dalam shift kerja. B berkata kepada B3, ”Bisakah anda mengenalkan saya kepada seseorang yang mengenal C? Ini foto C, dia sangat cantik seperti anda.”. Cara yang diambil B sangatlah luar biasa. Dia memuji B3 secara tidak langsung untuk mengambil hatinya dan alhasil B3 dengan senang hati meninggalkan shift kerjanya untuk membantu B menemui kenalannya.
Itu merupakan first impression yang bisa kita lakukan jika posisi kita sebagai B. Berusahalah menarik hati seseorang dengan cara-cara yang membuat seseorang senang. Dengan cara itu, kehadiran kita yang mungkin pada awalnya merupakan gangguan bagi dia dapat berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Kemudian bagaimana jika posisi kita sebagai C? Kita juga jangan sombong apabila posisi kita sebagai orang yang dibutuhkan ataupun dicari. Kita harus dapat mengahargai orang yang berjuang dan berusaha menemui kita. Contohnya sewaktu C menerima 2 DVD film dari B. Dengan memasang muka bahagia C berkata, ” Luar biasa, ini adalah film yang sangat bagus dan merupakan film favoritku.”. Kalau kita pikirkan, tidaklah mungkin B yang sama sekali tidak mengenal C dan tidak tau apa-apa tentang C bisa memberikan DVD yang sangat disukai oleh C. Ini pasti cara C membuat B merasa dihargai kerja kerasnya. Ada kalanya kita ”mendramatisir” keadaan untuk membuat orang ikut bahagia dan merasa dihargai. Dengan menunjukkan rasa senang akan sesuatu yang diberikan oleh orang lain (dalam taraf wajar tentunya), kita telah menciptakan first impression yang baik kepada orang lain baik orang yang baru kita kenal maupun our old pal. Dengan demikian, pembentukan ”CONECTION” ke tahap selanjutnya akan menjadi sangat mudah.
Saya mulai berfikir, besar kemungkinan saya bisa mengenal seorang CEO yang bisa memberikan saya posisi di perusahaannya kelak. Mungkin dengan cara mengenal anda dan mulai membentuk ”CONECTION” dan memberikan first impression yang baik...
Awalnya A (Ibu rumah tangga) melihat B (petinju) hanya dari foto yang ditunjukkan oleh si pembawa acara. Ini mengenai bagaimana caranya mereka bisa saling bertemu padahal mereka tidak saling kenal. A kemudian menghubungi A1 yang tidak lain merupakan temannya. A1 mengenalkan A kepada A2 yang mengerti dunia tinju.. A2 mengenalkan A kepada A3 (seorang supplier barang mewah) yang mengenal A4 (pria 80an tahun yang merupakan seorang juara tinju pada masanya). Dengan mengenal A4, A akhirnya bisa bertemu dan mengenal B. Pertemuan A dan B diisi dengan saling bertukar kado, bercerita tentang kehidupan masing-masing dimana mereka adalah sama sama anak yatim. B menyambut A dengan sangat ramah.
Tantangan selanjutnya adalah, B ditantang balik. Tantangannya adalah, B harus dapat menemui C (seorang penari Broadway yang terkenal). Sama seperti diatas, B tidak pernah mengenal dan bertemu dengan C dan hanya mengetahuinya dari foto yang diperlihatkan oleh pembawa acara. B kemudian menghubungi B1 (seorang pemilik label parfum terkenal) yang merupakan kakak asuhnya sewaktu kecil. B1 mengenalkan B kepada B2 (seorang pemilik perusahaan majalah). B2 mengenalkan B dengan B3 (seorang pramusaji wanita). B3 mengenalkan B kepada B4 yang merupakan teman dekat C. Akhirnya, dengan mengenal B4, B dapat bertemu dan mengenal C. Pertemuan ini diisi dengan pemberian DVD dari B kepada C. Selain itu, C juga mengajari B sedikit gerakan tari Broadway. Keramahan yang diberikan C kepada B sama baiknya dengan keramahan yang diberikan B kepada A.
Apa yang bisa kita ambil dari cerita diatas adalah, bahwa ada kalanya istilah ”dunia itu sempit” benar. Pernahkah kita membayangkan bahwa seseorang diluar sana yang mungkin adalah orang terkenal dapat pula menjadi teman kita karena kita memiliki koneksi. Bayangkan bagaimana A yang hanya ibu rumah tangga dapat menjadi teman bagi B yang merupakan petinju. Bagaimana B yang seorang petinju dapat menjadi teman bagi C yang merupakan penari Broadway yang terkenal. Bagaimana A bisa mengenal orang-orang terkenal dalam tahapan mencari B. Begitu juga dengan B pada tahapan mencari C.
Selain itu, first impression sangatlah penting bagi seseorang yang baru kita kenal. Contohnya sewaktu B meminta bantuan B3 (pramusaji wanita) yang pada saat itu sedang dalam shift kerja. B berkata kepada B3, ”Bisakah anda mengenalkan saya kepada seseorang yang mengenal C? Ini foto C, dia sangat cantik seperti anda.”. Cara yang diambil B sangatlah luar biasa. Dia memuji B3 secara tidak langsung untuk mengambil hatinya dan alhasil B3 dengan senang hati meninggalkan shift kerjanya untuk membantu B menemui kenalannya.
Itu merupakan first impression yang bisa kita lakukan jika posisi kita sebagai B. Berusahalah menarik hati seseorang dengan cara-cara yang membuat seseorang senang. Dengan cara itu, kehadiran kita yang mungkin pada awalnya merupakan gangguan bagi dia dapat berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Kemudian bagaimana jika posisi kita sebagai C? Kita juga jangan sombong apabila posisi kita sebagai orang yang dibutuhkan ataupun dicari. Kita harus dapat mengahargai orang yang berjuang dan berusaha menemui kita. Contohnya sewaktu C menerima 2 DVD film dari B. Dengan memasang muka bahagia C berkata, ” Luar biasa, ini adalah film yang sangat bagus dan merupakan film favoritku.”. Kalau kita pikirkan, tidaklah mungkin B yang sama sekali tidak mengenal C dan tidak tau apa-apa tentang C bisa memberikan DVD yang sangat disukai oleh C. Ini pasti cara C membuat B merasa dihargai kerja kerasnya. Ada kalanya kita ”mendramatisir” keadaan untuk membuat orang ikut bahagia dan merasa dihargai. Dengan menunjukkan rasa senang akan sesuatu yang diberikan oleh orang lain (dalam taraf wajar tentunya), kita telah menciptakan first impression yang baik kepada orang lain baik orang yang baru kita kenal maupun our old pal. Dengan demikian, pembentukan ”CONECTION” ke tahap selanjutnya akan menjadi sangat mudah.
Saya mulai berfikir, besar kemungkinan saya bisa mengenal seorang CEO yang bisa memberikan saya posisi di perusahaannya kelak. Mungkin dengan cara mengenal anda dan mulai membentuk ”CONECTION” dan memberikan first impression yang baik...
Langganan:
Postingan (Atom)