Jumat, 16 Februari 2007

Sosok Yang Sedang Saya Idolakan : Alex Tew



Mungkin sebagian besar orang sudah tidak asing lagi dengan nama ini meskipun nama ini bukanlah apa-apa bagi kebanyakan orang. Tapi nama yang satu ini bisa dijadikan salah satu nama yang ada di list orang-orang hebat yang sedang kita gandrungi. Saya sudah menggandrunginya...
Siapa sebenarnya Alex Tew? Saya juga sebenarnya tidak mengenal dia dikarenakan beda negara, tapi saya tahu dia dari surat kabar yang memberitakan kesuksesan dia. Sungguh luar biasa...
Memang rezeki orang tidak kemana kalau kita sudah merencanakan dan mengusahakan, pasti semua akan jadi lebih baik tentunya dengan doa juga. Bayangkan saja kalau tiba-tiba kita kehujanan uang. Luar biasa bukan...
Jadi, sebenarnya Alex Tew adalah seorang mahasiswa yang sedang kebingungan untuk membiayai kuliahnya. Istilah kasarnya seorang mahasiswa yang tidak ber-duit. Jadi dia ingin kalau kuliahnya tidak terbebani dengan masalah keuangan yang membelit. Dengan sedikit imajinasi, dia membayangkan suatu pemecahan terhadap masalah pelik ini. Remaja 22 tahun ini kemudian memikirkan untuk mebuat suatu domain website iklan dengan konsep unik yaitu mengubah halaman website ke ukuran 1.000.000 pixel yang masing-masing pixel bisa dibuatkan link ke website yang diinginkan oleh si pengiklan. Setiap pixel yang dihargai satu dollar dan minimal pembelian adalah 100 dollar atau setiap orang akan memiliki minimal 100 pixel untuk beriklan. Dia memulai bisnis ini hanya dengan bermodalkan US $90 atau tak lebih dari Rp.900.000. Bayangkan keuntungan yang dihasilkannya dari bisnis ini. Kalau dia berhasil menjual semua pixel yang ada di website tersebut, maka dia akan mengantongi US $1.000.000 atau senilai kurang lebih Rp.10 milyar!
Sekitar satu-dua bulan lalu, dia berhasil menjual semua pixel yang terdapat di website-nya dan hebatnya, banyak yang bersaing untuk mendapatkan pixel di website tersebut. Dan akhirnya beberapa pixel harus dilelang di rumah lelang untuk menentukan siapa yang akan mendapatkannya. Dan luar biasa, harga pixel tersebut melonjak sehingga pendapatan Alex Tew melebihi US$1.000.000 atau Rp.10 milyar lebih. Kalu penasaran, buka saja situs www.onemilliondollarhomepage.com
Malahan sekarang dia sudah mempunyai satu website lagi dengan konsep yang sama (1.000.000 pixel) namun dengan harga US $2 per pixel atau akan mendapat penjualan sebesar US $2.000.000 kira kira Rp.20 milyar. Tetapi kali ini dia memutuskan untuk membiarkan US$ 1.000.000 dari penjualan sebagai hadiah undian untuk satu pemenang dari orang-orang yang memasang iklan di website itu. Singkatnya, salah satu pengiklan di website itu akan mendapatkan US $1.000.000. Lihat saja di situs www.pixelotto.com
Kita lihat keadaan orang Indonesia, kalau anda sudah membuka kedua situs diatas, silahkan buka lagi situs www.halamanjutaanrupiah.com
Situs terakhir yang ada diatas adalah situs tiruan dari kesuksesan Alex Tew dan tentunya asli Indonesia...Apakah kita bangga sebagai negara dengan trademark ”plagiat”?.

Selasa, 13 Februari 2007

VALENTINE

Seperti Santo Valentinus yang menyebarkan cinta kasih pada umat YESUS KRISTUS, saya juga ingin menyampaikan kalau saya mengasihi kalian sahabat tanpa mempedulikan agama anda.
Selamat Hari Valentine

NB: Valentine bukan ajang happy tanpa aturan. Valentine itu (sebenarnya) mengenang Santo Valentinus dalam ajaran Kristiani khususnya Katolik.
Jadi, jangan mengklaim valentine secara negatif. Karena akan ada agama yang merasa dihina. Menghina agama lain sama aja berjuta-juta kali (bahkan tak terkira) menghina agama anda sendiri.

Sabtu, 30 Desember 2006

Berfikir Tentang Saya di Masa Depan



Apa yang difikirkan oleh saya di masa depan?Ternyata banyak yang memikirkan bahwa seorang saya bukan manusia serius, bukan manusia yang memikirkan hidup, hanya bisa tertawa, menghina, memaki, merendahkan atau malahan sebaliknya...maksudku ditertawakan, dihina, dimaki dan direndahkan. Delapan belas tahun sudah hidup ini tapi saya sudah lupa berapa tahun saya remaja. Jauh sebenarnya dalam kepala saya bukan tentang bagaimana menghadapi masa remaja saya, bagaimana tentang saya bisa diterima oleh mereka yang saya inginkan menjadi teman...atau bagaimana tentang mempunyai predikat ”anda pasti mengenal saya”. Semua itu memang ada dipikiran saya, tapi cuma 1 milimeter dari kulit terluar otak saya. Tapi di intinya saya sangat memikirkan tentang bagaimana saya harus mempertanggungjawabkan hidup saya di depan orangtua saya.
Seorang saya bukan terlahir sebagai saya yang pintar meskipun seorang saya tidak menolak kalau sedikit banyak saya tahu...
Seorang saya bukan terlahir sebagai saya yang punya kepribadian yang patut dibanggakan meskipun seorang saya tidak menolak kalau saya bisa membuat anda mengeluarkan kata”bangga” atas kepribadian saya..
Tapi seorang saya sangat tidak bisa memprediksi jadi apakah seorang saya dimata orangtua saya... Saya belum 100% memikirkan kalau saya juga akan mempunyai kehidupan yang akan saya tanggung sendiri.Seorang pria yang pasti akan menduduki posisi teratas di sebuah rumah yang akan saya dirikan untuk istri dan anak-anak saya. Saya juga ingin orangtua saya ikut....sebenarnya...
Coba saya ingat apa saja yang sudah saya hasilkan untuk orangtua saya...hmm...uang? belum...prestasi? segelintir...apa lagi? sudah,itu saja ternyata...
Kadang kalau saya sedang memikirkan hal ini, tangan saya pasti mengacak rambut berantakan diatas kepala saya karena saya merasa atau tepatnya memang belum menjadi apa-apa untuk mereka. Padahal 18 tahun saya hidup, sudah lebih dari 18 kali saya mendengar betapa besarnya harapan orangtua saya tentang saya di masa depan... saya pun meng”amin”inya...tapi tidak meng”iman”inya, maksudnya, saya belum serius menjawab harapan-harapan itu...
Memang masa depan itu belum datang. Seorang saya sedang duduk di bangku kuliah menanti gelar sarjana sebagai password untuk harapan-harapan orangtua saya.
Tapi saya juga pernah memikirkan menjadi seorang yang sukses dengan kehidupan yang tidak susah, mendirikan usaha yang mendukung kehidupan saya, memiliki kehidupan yang selalu memuji Tuhan saya, mempunyai istri yang bertanggung jawab, anak-anak yang berhasil, dan semua ini akan saya rangkum dalam sebuah bungkusan berpita yang saya letakkan didepan mata orangtua saya sewaktu mereka bangun pagi di masa depan saya. Saya membayangkan betapa sempurnanya melihat orangtua saya menangis sampai tak terbendung lagi sewaktu ini semua terjadi di masa depan saya. Melihat mereka berdua berpelukan, dan mengatakan kalau mereka tidak sia-sia telah mempunyai seorang saya. Tentunya kata-kata ini seharusnya diluar pendengaran saya.
Coba saya bayangkan, saat itu di masa depan, mama saya akhirnya berdiri di depan saya, memeluk saya dengan kaki jinjit karena saya lebih tinggi. Saya harus menundukkan kepala saya supaya mama saya bisa mencium kening saya sambil memegang belakang kepala saya dan membisikkan bahwa dia bangga kalau anak ketiganya adalah saya.
Coba saya lanjutkan lagi, saat itu papa saya juga menghampiri saya yang masih dipelukan mama saya, juga membuat saya agak menunduk karena saya juga lebih tinggi darinya. Dia menempelkan kepalanya (yang mungkin di masa depan sudah beruban atau mungkin tidak berambut lagi). Mata saya tepat didepan mata papa saya dan telinga saya dengan senang mendengar perkataan papa saya yang mengatakan kalau hidupnya sudah tidak mempunyai beban lagi karena dia sudah melihat saya sebagai saya yang diharapkannya...Bangganya saya...
saya lanjutkan lagi, saya pamerkan pada istri saya kalau saya sudah menjadi seseorang buat orangtua saya dan saya menawarkan untuk menemaninya melakukan hal yang sama pada orangtuanya...mertua saya...
Sedikit lagi, saya memegang tangan anak saya (atau mungkin anak-anak saya) dan mengatakan bahwa dia (atau mereka) harus minimal seperti saya...seperti saya pada orangtua saya...dan akhirnya kami semua tertawa dengan mata yang terus basah...
Itulah apa yang saya namakan ”Berfikir tentang saya di masa depan”. Apa lagi yang lebih indah dari itu? Tunggu sampai suatu saat saya diberi satu harapan...pasti semua ini akan saya bacakan ulang sebagai satu harapan saya....di masa depan...AMIN...